Sekitar 66 juta tahun yang lalu, dinosaurus menguasai bumi. Namun kemudian sebuah asteroid besar berukuran lebih dari 9 kilometer menghantam bumi.
Tepatnya di sebuah laut dangkal dekat wilayah yang sekarang disebut dengan Meksiko. Ledakannya begitu dahsyat hingga menyebabkan gempa bumi, gelombang pasang, kebakaran hutan, hingga hujan beracun.
Asteroid itu disebut menghantam salah satu tempat terburuk, di mana bebatuan dapat dengan mudah "meledak" (atau menguap). Hal ini menimbulkan banyak debu terbang ke langit dan menghalangi Matahari selama berbulan-bulan.
Akibatnya bumi mengalami musim dingin yang panjang dan gelap. Tanpa sinar matahari, banyak tanaman hijau mati yang kemudian diikuti oleh dinosaurus pemakan tumbuhan.
Kepunahan dinosaurus pemakan tumbuhan juga berdampak pada spesies pemakan daging. Karena kejadian ini, para ilmuwan memperkirakan tiga perempat dari semua spesies hewan di bumi punah, termasuk sebagian besar dinosaurus.
Tetapi beberapa berhasil bertahan hidup karena berbagai alasan. Bahkan hingga saat ini, yaitu buaya.
Buaya sering dianggap sebagai fosil hidup yang tidak berubah selama jutaan tahun. Dalam studi baru yang terbit pada jurnal Palaeontology tertanggal 16 April 2025, diketahui alasan di balik buaya bisa bertahan.
Sekitar 230 juta tahun yang lalu, famili buaya disebut dengan crocodylomorpha. Salah satu garis keturunan yang masih bertahan disebut crocodilia.
Crocodilia terpisah dari spesies reptil lainnya termasuk yang pada akhirnya menjadi dinosaurus. Saat ini, crocodilia meliputi buaya, aligator, caiman, dan gharial.
Penulis utama studi dair University of Central Oklahoma, Keegan Melstrom menjelaskan dahulu buaya punya kerabat yang cukup beragam bahkan melimpah. Setiap famili menunjukkan ekologi yang berbeda, namun semuanya punah.
Buaya yang bertahan hingga saat ini disebutnya sebagai hewan semi-akuatik yang generalis. Mereka hidup di berbagai habitat dan tidak pilih-pilih makanan. Hal ini menurut Melstrom berbeda dengan crocoylomorph purba.
Untuk mengungkap rahasia dan memahami evolusi nenek moyang buaya, Melstrom dan rekan-rekannya mengunjungi koleksi museum di 7 negara yang tersebar di 4 benua.
Mereka memeriksa 99 tengkorak spesies crocodylomorpha yang telah punah dan 20 buaya yang masih hidup. Hasilnya diketahui bahwa crocodylomorpha punah massal pada 201 juta tahun yang lalu atau akhir periode Trias. Jenis yang punah terutama hiperkarnivora dan predator darat.
"Setelah itu semuanya menjadi kacau," kata Melstrom dikutip dari laman Cosmos Magazine.
Ada banyak jenis crocodylomorpha yang mengemban peran ekologis sepanjang masa dinosaurus. Seperti hiperkarnivora akuatik, generalis terestrial, hiperkanivora terestrial, dan herbivora terestrial.
Sebagian besar crocodylomorpha terspesialisasi telah punah pada akhir Zaman Kapur. Kini tersisa 25 spesies yang masuk dalam jenis generalis semi-akuatik.
Rahasia utama mereka tidak ikut punah ada di kata kunci: generalist. Mereka, disebutkan Melstrom, sebagai hewan yang tidak pilih-pilih makanan.
Laman ABC menambahkan tubuh buaya membutuhkan sangat sedikit energi. Mereka banyak berbaring, bernapas perlahan, bahkan memiliki detak jantung yang sangat lambat.
Itulah alasannya mengapa mereka bisa menahan napas di bawah air selama lebih dari satu jam. Selain tidak pilih-pilih makanan, buaya bisa hidup tanpa makanan selama berbulan-bulan.
Faktor itu membuat mereka bisa bertahan ketika asteroid menghantam. Di sisi lain, dinosaurus umumnya lebih aktif sehingga membutuhkan banyak energi.
Contohnya dinosaurus pemakan daging seperti Velociraptor. Tanpa makanan, mereka akan mati dengan cepat.
Buaya-buaya yang selamat sebagian besar tinggal di tempat-tempat seperti sungai, danau, dan pantai. Mereka hidup di tempat yang tidak terlalu membutuhkan tanaman hijau.
Tanaman dan hewan yang mati di daratan akan terbawa arus ke lokasi buaya. Awalnya mereka akan dimakan oleh makhluk-makhluk kecil. Selanjutnya makhluk-makhluk kecil ini juga akan dimakan makhluk yang besar, seperti buaya.
Jadi, tidak seperti dinosaurus yang hidup di darat, buaya di sungai tidak akan kelaparan meski tanaman hijau mati.
Rekan penulis studi, Randy Irmis dari Museum Sejarah Alam Utah menjabarkan bila buaya mengalami evolusi yang menakjubkan selama lebih dari 200 juta tahun. Mereka tetap bertahan dari begitu banyak peristiwa yang bergejolak dalam sejarah bumi.
"Kepunahan dan kelangsungan hidup adalah dua sisi mata uang yang sama. Melalui semua kepunahan massal, beberapa kelompok berhasil bertahan dan berkembang biak," ujarnya.
Dengan memahami keberlangsungan hidup buaya setelah kepunahan massal dapat membantu upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Mengingat bumi juga sedang mengalami kepunahan massal keenam akibat perubahan iklim, spesies invasif, dan hilangnya habitat.
Tetapi Irmis mengingatkan agar berhati-hati dalam membuat generalisasi berdasarkan kepunahan hewan jutaan tahun lalu. Karena tidak bisa langsung diterapkan pada konservasi masa kini.
"Jika orang mempelajari mamalia dan reptil dan menemukan pola yang sama berkenaan dengan kelangsungan hidup dari kepunahan, maka kita mungkin memperkirakan bahwa spesies dengan pola makan umum mungkin lebih baik," bebernya.
"Informasi itu (akan) membantu kita membuat prediksi. Tetapi kecil kemungkinan kita dapat menentukan spesies mana yang akan bertahan hidup," tandasnya.