TRIBUNNEWS.COM - Kepercayaan antarwarga menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kualitas sosial suatu negara.
Sebuah survei global terbaru menempatkan Indonesia di posisi 10 terbawah dari 118 negara dalam hal tingkat kepercayaan warganya.
Survei Integrated Values Surveys yang dipublikasikan di Our World in Data ini memperlihatkan negara mana saja yang warganya dinilai paling dapat dipercaya.
Persentase dalam survei menunjukkan seberapa banyak responden perwakilan masing-masing negara yang menjawab “Kebanyakan orang dapat dipercaya” ketika mereka ditanya:
"Secara umum, apakah menurut Anda kebanyakan orang dapat dipercaya atau Anda perlu sangat berhati-hati dalam berurusan dengan orang lain?"
Pilihan jawaban meliputi: “Kebanyakan orang dapat dipercaya”, “Tidak tahu”, dan “Perlu sangat berhati-hati”.
Survei dilakukan pada 2022 dan dipublikasikan pada 2024.
Hingga kini belum ada survei terbaru untuk tahun 2025.
Hasilnya, Denmark memimpin dengan 74 persen responden menyatakan bahwa kebanyakan orang dapat dipercaya, disusul Norwegia (72%) dan Finlandia (68%).
1. Denmark — 74 persen
2. Norwegia — 72 persen
3. Finlandia — 68 persen
4. China — 63 persen
5. Swedia — 63 persen
6. Islandia — 62 persen
7. Swiss — 59 persen
8. Belanda — 57 persen
9. Selandia Baru — 57 persen
10. Austria — 50 persen
109. Ekuador — 6 persen
110. Filipina — 5 persen
111. Ghana — 5 persen
112. Indonesia — 5 persen
113. Kolombia — 5 persen
114. Nikaragua — 4 persen
115. Peru — 4 persen
116. Trinidad dan Tobago — 3 persen
117. Albania — 3 persen
118. Zimbabwe — 2 persen
Mengutip psychologytoday.com, Christine BL Adams, MD, seorang psikiater anak dan dewasa yang berpraktik di Louisville, Kentucky, AS, menjelaskan bahwa kepercayaan adalah persoalan yang kompleks.
Kepercayaan terhadap orang lain penting untuk membangun hubungan yang suportif dan menjaga kesehatan emosional secara keseluruhan.
"Kita bergulat dengan pertanyaan tentang apakah orang lain dapat dipercaya," ujar Adams.
"Kita juga harus memeriksa diri sendiri untuk melihat apakah kita terlalu sedikit atau terlalu banyak percaya pada orang lain."
Sebagian orang mengalami trust issues atau masalah kepercayaan.
Mereka sulit mempercayai orang lain, bahkan ketika orang tersebut jelas bisa dipercaya.
Masalahnya bukan pada orang lain, tetapi pada diri mereka sendiri.
Kemampuan untuk mempercayai terbentuk sejak masa bayi dan balita.
Jika orang tua atau pengasuh gagal memenuhi kebutuhan dasar anak, anak tersebut bisa tumbuh tanpa kemampuan membangun kepercayaan pada orang dewasa, dan pola ini terbawa hingga dewasa.
Sebaliknya, anak juga bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang terlalu mudah percaya, terutama jika di masa kecil mereka diabaikan atau dilecehkan secara emosional maupun fisik.
Dalam situasi tersebut, anak yang rentan terpaksa bergantung pada orang dewasa yang tidak layak dipercaya.
Konsekuensinya, saat dewasa mereka mungkin kesulitan memilah siapa yang benar-benar bisa dipercaya dan siapa yang tidak.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Contact to : xlf550402@gmail.com
Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.