TRIBUNNEWS.COM - Siswa SMA/MA Kelas 10 saat ini memasuki Bab 1 dalam buku Koding dan Kecerdasan Artifisial Kurikulum Merdeka Edisi Revisi yang berjudul “Berpikir Komputasional”, yang ditulis oleh Dela Chaerani dan rekan-rekan, serta diterbitkan oleh Kemdikbudristek pada tahun 20242.
Pada bagian ini, siswa diajak untuk menganalisis permasalahan sampah di lingkungan sekolah dengan menerapkan empat pilar berpikir komputasional yang terdiri dari dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan desain algoritma.
Melalui Uji Kompetensi B nomor 1 di halaman 24, siswa diminta menyusun rancangan solusi terhadap masalah sampah di sekolah dengan cara memecah masalah utama menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, mengidentifikasi pola yang muncul dari data di lapangan, memfokuskan perhatian pada sumber permasalahan yang paling penting, serta merancang langkah-langkah penyelesaian yang logis dan sistematis.
Sebelum melihat kunci jawaban, sangat dianjurkan agar siswa menjawab berdasarkan pemahaman pribadi terlebih dahulu.
Kunci jawaban berikut disediakan sebagai referensi untuk membantu proses belajar bersama guru maupun orang tua.
B. Kerjakan soal-soal berikut!
1. Masalah sampah di lingkungan sekolah sering menjadi tantangan yang berdampak pada kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan warga sekolah. Sebagai peserta didik yang memahami pendekatan berpikir komputasional, kamu diminta untuk mengusulkan solusi terhadap masalah tersebut.
Jelaskan caramu merancang solusi masalah sampah di sekolah dengan menggunakan empat pilar berpikir komputasional (dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma). Sertakan contoh konkret di setiap pilar untuk menunjukkan pemahaman dan penerapannya dalam konteks nyata.
Jawaban:
Pendekatan berpikir komputasional memungkinkan kita mengubah masalah “sampah di sekolah” yang kompleks menjadi serangkaian langkah yang terstruktur dan solusi yang efektif.
Rancangan solusi penanganan sampah di sekolah:
a. Dekomposisi (Memecah Masalah)
Langkah pertama adalah memecah masalah besar dan umum (“masalah sampah sekolah”) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, spesifik, dan lebih mudah dikelola.
Contoh Konkret:
• Jenis Sampah: Apa saja jenis sampah yang paling banyak (botol plastik, bungkus makanan, kertas, sisa makanan) ?
• Lokasi Masalah: Titik-titik tumpukan sampah paling parah (kantin, depan kelas, taman sekolah, selokan).
• Waktu Puncak: Waktu volume sampah paling tinggi (jam istirahat, setelah acara sekolah, jam pulang).
• Sumber Sampah: Siapa atau apa penghasil sampah utama (siswa, kantin, kegiatan ekstrakurikuler)?
• Sistem Saat Ini: Bagaimana sistem pengelolaan sampah yang ada sekarang (jumlah tempat sampah, jadwal pengangkutan, ada pemilahan atau tidak)?
b. Pengenalan Pola (Mencari Pola dan Tren)
Setelah masalah dipecah, kita mengamati data dan informasi dari setiap bagian untuk menemukan pola atau tren yang berulang.
Contoh Konkret:
• Ditemukan pola bahwa sampah botol plastik dan bungkus makanan ringan menumpuk paling banyak di sekitar kantin setiap jam istirahat.
• Ada tren bahwa di hari-hari tertentu saat ada pelajaran seni (contoh hari Rabu), sampah kertas di depan kelas-kelas tertentu meningkat drastis.
• Teridentifikasi pola bahwa area taman yang jauh dari tempat sampah memiliki lebih banyak sampah berserakan dibandingkan area yang dekat.
c. Abstraksi (Fokus pada Informasi Inti)
Pada tahap ini, kita menyaring informasi dan fokus pada pola yang paling penting untuk menemukan akar masalah, sambil mengabaikan detail yang tidak relevan.
Contoh Konkret:
• Dari semua jenis sampah, masalah utamanya adalah sampah plastik sekali pakai dari kantin. Ini adalah informasi kunci. Detail seperti merek makanan ringan atau minuman apa yang paling laku menjadi tidak begitu relevan untuk solusi awal.
• Akar masalahnya bukan hanya perilaku peserta didik, tetapi juga kurangnya tempat sampah terpilah yang mudah dijangkau di lokasi-lokasi strategis (hotspot) yang telah diidentifikasi.
• Fokus utama solusi harus pada pengurangan sumber sampah plastik dan optimalisasi penempatan fasilitas sampah, bukan sekadar menghukum peserta didik yang membuang sampah sembarangan.
d. Desain Algoritma (Merancang Langkah Solusi)
Terakhir, merancang sebuah rencana solusi yang logis, sistematis, dan langkah-demi-langkah (seperti sebuah resep) untuk mengatasi masalah inti yang telah ditemukan.
Contoh Konkret Algoritma “Gerakan Sekolah Bebas Sampah”:
• Mulai: Lakukan sosialisasi tentang program baru kepada seluruh warga sekolah.
• Langkah 1 (Intervensi Sumber): Bekerja sama dengan kantin untuk mengurangi penjualan minuman botol plastik dan mendorong peserta didik membawa botol minum (tumbler) sendiri dengan memberikan diskon kecil untuk yang mengisi ulang.
• Langkah 2 (Perbaikan Fasilitas): Tempatkan setidaknya 3 set tempat sampah terpilah (organik, anorganik, kertas) di setiap hotspot yang teridentifikasi (kantin, depan lorong kelas, dan taman).
• Langkah 3 (Sistem Insentif): Buat program “Bank Sampah”. Peserta didik dapat menukarkan sampah botol plastik atau kertas yang sudah dipilah dengan poin yang dapat ditukar dengan alat tulis atau kupon jajan di kantin.
• Langkah 4 (Jadwal dan Rutinitas): Adakan kegiatan “Jumat Bersih” selama 15 menit setiap pekan, setiap kelas bertanggung jawab atas kebersihan area mereka.
• Langkah 5 (Evaluasi): Setiap akhir bulan, tim OSIS/ lingkungan hidup menimbang jumlah sampah terpilah yang terkumpul untuk mengukur keberhasilan program.
*) Disclaimer:
Kunci Jawaban IPA Kelas 10 Halaman 24 Kurikulum Merdeka di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak.
Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
(Widya)
Contact to : xlf550402@gmail.com
Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.