Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Warga Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen manfaatkan panel surya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menggerakan mesin pompa air guna pengairan sawah.
Penggunaan panel surya tersebut dinilai bisa menekan biaya produksi petani.
Kepala Desa Pengkok, Sugimin Cokro mengatakan penggunaan panel surya bisa menghemat biaya produksi sekitar 40 persen.
"Dari 8 panel surya yang dipasang, bisa mengaliri sawah sekitar 5 hektare atau 10 patok, iritnya sekitar 40 persen, iya, bisa menekan biaya produksi, apalagi nanti dikasih aki tandon, bisa sampai malam, tidak bayar sama sekali," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (8/8/2025).
Ia menambahkan biaya yang dikeluarkan memang berat di awal.
Sugimin membuat PLTS yang didirikan di sawah bengkok desa dengan biaya Rp 35.000.000.
Namun, setelah itu, para petani tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk mengairi sawah.
"Kalau memakai listrik, kalau MT 3 itu biasanya rata-rata bayar dengan bagi hasil, jadi yang punya sawah bagiannya seperberapa, kalau dihitung jam, pengairan dengan listrik itu bisa Rp 30.000, bahkan ada yang Rp 35.000 dan ada yang Rp 40.000." jelasnya.
"Kalau pakai PLTS yang jelas ramah lingkungan, dan irit biaya, bahkan tanpa biaya sama sekali, cuma modal diawal agak besar sedikit," sambungnya.
Kelemahan dari PLTS tersebut, menurut Sugimin, tidak dapat menggerakkan pompa air saat malam hari, lantaran tidak ada listrik yang mengalir.
"Kelemahan selama tidak ada sinar matahari, ya tidak menyala, cuma kalau ada aki-nya, namanya aki tandon, itu bisa dinyalakan di malam hari, untuk sementara belum kami pasang," jelasnya.
Selain itu, panel surya tersebut juga sangat tepat digunakan saat musim kemarau.
Karena dengan teriknya sinar matahari, maka listrik yang dihasilkan menjadi lebih besar, sehingga mampu mengeluarkan air lebih banyak.
"Yang paling penting penggunaan di MT 3, kalau MT 1 masih cukup dengan pengairan irigasi, kalau MT 2 juga demikian, yang mutlak di MT 3," kata Dia.
"Kalau musim kemarau malah airnya tambah besar, ini contohnya, jika panasnya sangat panas, maka airnya bisa keluar full, kalau sumur ini kedalaman 90 meter," pungkasnya.
Apa yang Sugimin lakukan mulai dilirik oleh kepala desa-kepala desa lain yang ada di Kabupaten Sragen.
(*)
Contact to : xlf550402@gmail.com
Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.