BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN-Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan melanjutkan rangkaian kegiatan Bedah Buku dan Workshop Book Review dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-75 Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (9/8/2025) pukul 09.00 Wita.

Setelah sukses menghadirkan penulis Khoirul Trian dan Romansaku pada hari pertama, gelaran hari kedua ditutup dengan sesi inspiratif bersama dua penulis Boy Candra dan Mutia Indah NS.

Dalam sesi ketiga, Boy Candra penulis asal Padang, Sumatera Barat, berbagi kisah perjalanan kreatifnya yang penuh semangat dan keuletan.

“Saya ini PNS, Penulis Novel Sibuk,” ucap Boy Candra, membuka sesi dengan gaya khasnya yang santai.

BEDAH BUKU-Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Prsd
BEDAH BUKU-Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan melanjutkan rangkaian kegiatan Bedah Buku dan Workshop Book Review dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-75 Provinsi Kalimantan Selatan, Sabtu (9/8/2025) pukul 09.00 Wita.

Ia mengungkapkan bahwa kecintaannya pada cerita bermula dari komik lokal yang dulu ia baca saat kecil. Dirinya mengaku kerap kali membeli komik setiap kali mendapat uang jajan dari ayahnya.

“Saya terinspirasi dari komik Petruk. Dulu harga komik itu Rp500. Karena saking sukanya dengan cerita mistiknya Petruk, dari Petruk itu saya suka cerita. Nah, saya itu membaca buku yang bisa saya akses saja, nah saat itu yah komik,” tuturnya.

Perjalanan menulis Boy Candra tidak selalu mulus. Ia mengaku pernah ditolak oleh penerbit hingga belasan kali. Namun, tekadnya untuk terus belajar menulis tak pernah padam.

“Awalnya ditolak dulu (oleh penerbit). Karena saya suka menulis. Sejak saat itu saya bertekad belajar menulis. Saya mulai dari blog, saya kirim ke penerbit, ditolak sampai 12 kali. Tapi Saya yakin akan keterima suatu saat nanti," katanya.

Lebih dari sekadar menulis, Boy Candra dalam pemaparannya menekankan pentingnya seorang pelunis memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan identitas lokal.

“Yang saya lakukan adalah berbicara dengan suara saya sendiri sebagai orang lokal (Padang). Saya merekap Padang pada hari ini, agar orang lain tahu suatu masa bahwa Padang pernah seperti ini dan kita juga harus peka terhadap lingkungan. Saya punya suara untuk kota saya sendiri,” ujarnya.

Tidak hanya berbicara kepekaan, Boy Candra menjelaskan bahwa kekuatan tulisan terletak pada cara penulis menyampaikan cerita. Menurutnya tulisan akan terasa hidup dan menarik bila dikemas dengan cerita yang baik.

“Yang membuat menarik tulisan penulis adalah cara dia (penulis) bercerita,” tambahnya.

Gelaran Bedah Buku Dispersip Kalsel hari kedua ini menjadi ruang reflektif dan motivatif bagi para peserta, sebelun memasuki sesi ke empat sebagai penutup dalam rangkaian perayaan Hari Jadi ke-75 Provinsi Kalimantan Selatan.

“Menulis itu adalah media menyalurkan ekspresi,” tutup Boy Candra, mengakhiri sesi dengan semangat yang menginspirasi. (AOL)



Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.